Imajinasi dalam Sejarah

Objek kajian sejarah adalah masa lalu, sementara rentang waktu masa lalu itu sangat tidak terbatas. Sejam, sehari, seminggu, sebulan, setahun, seabad, seribu atau bahkan sejuta tahun yang lalu, semuanya adalah masa lalu. Sementara sejarawan, sebagai orang yang kembali menuturkan sebuah peristiwa di masa lalu tersebut hidup di masa sekarang. Jika masa lalu yang akan dituturkan itu belum lama, maka sumber yang dapat dipakai tentunya masih banyak. Namun jika yang dikaji ribuan tahun yang lalu, tentu sumbernya sangat terbatas. Bahkan seringkali hanya berupa benda, atau bekas-bekas aktivitas manusia yang berserakan. Tak ada cerita apapun yang tersampaikan dari sisa-sisa tersebut.

Apa dan bagaimanapun sisa yang didapat, sejarawan harus dapat mengungkap peristiwa, kehidupan atau apa saja dibalik sisa-sisa yang tertinggal tersebut. Berperan seperti detektif, sejarawan melakukan rekonstruksi, membangun kembali suasana kehidupan masa lalu dengan berdasarkan sumber yang tersedia. Pada konteks inilah imajinasi diperlukan. Imajinasi sejarawan yang didasarkan data dan tentu saja dukungan ilmu-ilmu yang lain digunakan untuk menghadirkan masa lalu yang kemudian dibuatkan deskripsinya, dan pada akhirnya pembaca dapat mengerti seperti apa masa lalu di balik sisa-sisa peninggalan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut banyak ilmuwan kemudian sepakat, bahwa selain sains, sejarah juga adalah seni. Sebab tidak sekedar pemaparan data atau fakta, namun dalam mendeskripsikan hasil rekonstruksi selain atas dukungan imajinasi, juga harus dapat menghadirkan masa lalu pada pembacanya yang hidup di masa kini, sehingga intuisi dan gaya bahasa yang sesuai pun wajib digunakan. Jika demikian tentu sejarah tak ubahnya seperti seni-seni yang lain. Menyenangkan bukan?!

Pos ini dipublikasikan di Kelas X, umum. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar